Previous slide
Next slide

DOSEN UKSW kibarkan Desain Fashion Keragaman Indonesia dalam Matching Fund Kedaireka

Sejumlah model memperagakan busana batik dan tenun pada gelaran Spotlight Celebrating Diversity Fashion Parade 10 di hari ke empat penyelenggaraannya, Minggu (04/12/2022). Dihelat di Great Hall Pos Bloc, Jakarta Pusat, gelaran Spotlight Celebrating Diversity diinisiasi oleh Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) berkolaborasi dengan Universitas Bina Nusantara (BINUS), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Sebelas Maret (UNS), 10 Dunia Usaha dan Industri (DUDI) yang dalam kegiatan Expo dan Fashion Show “SpotLight” diwakili oleh Indonesia Fashion Chamber (IFC) Chapter Semarang dan Parahita Craft.

Disampaikan Ketua Program Matching Fund Kedaireka Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M.Si., yang juga merupakan dosen Fakultas Interdisiplin (FID) UKSW, batik dan tenun merupakan produk berbasis lokal dan identitas bangsa Indonesia serta merupakan industri kreatif dan unggulan Indonesia. Namun, Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia merilis hanya 25% atau 32.895 dari total 151.565 pengrajin yang mampu berproduksi akibat pandemi covid-19. Maka dari itu, industri batik dan tenun membutuhkan solusi berbasis inovasi.

“Acara ini digunakan untuk mempromosikan karya kreatif Milenial Batik dan Tenun Ecofashion kepada para milenial dan masyarakat pada umumnya. Selain itu, sekaligus untuk mengajak anak muda menjadi pelopor dalam menggunakan dan mempromosikan batik dan tenun ecofashion kepada masyarakat Indonesia dan dunia. Gerakan bersama ini diharapkan secara bertahap mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi sektor batik dan tenun serta usaha kreatif turunannya,” ungkapnya.

Menurut Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M.Si., program Matching Fund Kedaireka ini merupakan salah satu terobosan Link & Match berbasis inovasi dengan tema Millenial Batik & Tenun Eco-fashion: Narasi Dibalik Kolaborasi Karya Kreatif”. Inovasi ini fokus pada produk eco-fashion ready to wear yang memperkuat makna atau nilai dibalik batik dan tenun, memanfaatkan inovasi digital, dan segmen milenial. Produk batik dan tenun ecofashion ini untuk memenuhi selera anak muda yang energik, fleksibel, kreatif, dan sekaligus membawa misi regenerasi batik dan keberlanjutan lingkungan,” terangnya.

Usung Ide Ecofashion for Sustainability

Menurut Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M.Si., salah satu bentuk publikasi dan advokasi melalui fashion show. Dalam Expo dan Fashion Show ‘SpotLight’ ini dipersembahkan karya kolaborasi kreatif ini berupa 6 mini collection batik terdiri dari 44 tampilan yang dihasilkan dari karya kain batik  8 klaster batik dari Parahita Craft, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Pati, Kabupaten Batang, Kabupaten Klaten, dan Kota Surakarta. Karya kreatif batik milenial ini mengusung ide ecofashion for sustainability  yang diterjemahkan dalam ide desain, antara lain Upcycling designzero waste designnatural dye, dan one zise fits all.  

Ditambahkannya, ada 120 DUDI batik dan tenun sebagai penerima manfaat langsung. Program Matching Fund Kedaireka ini, terintegrasi dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ada sebanyak 24 dosen atau peneliti  dan 10 praktisi dari 10 DUDI,  20 mahasiswa yang terlibat langsung karya kreasi ini untuk tugas akhir dan luaran magang atau internship, serta 200 mahasiswa yang terlibat melalui integrasi dengan perkuliahan dalam mata kuliah umum dan topikal.

“Kami mengucapkan terima kasih pada Matching Fund Kedaireka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), hadirin, panitia dan sponsor acara “SpotLight”. Karya ini dapat dinikmati dan dimiliki melalui sesi  10 Fashion Show dan “See Now Buy Now”, serta expo pada Kamis hingga Minggu 1 hingga 4 Desember 2022,” pungkas Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M.Si. Salam Satu Hati UKSW!

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram