SOLO – Tim penerima dana hibah riset dari Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meluncurkan program pendidikan kesehatan dan skrining tumbuh kembang anak untuk pencegahan stunting di Desa Mancasan Kabupaten Sukoharjo, Rabu 11 Oktober 2023.
Tim tersebut merupakan kolaborasi dari mahasiswa dan dosen Prodi Fisioterapi dan PG PAUD. Koordinator Tim Farid Rahman, dari Prodi Fisioterapi, beserta Tiara Fatmarizka, Prodi Fisioterapi, dan Qonitah Faizatul Fitriyah dari PG PAUD.
Dalam pengabdiannya, mereka mengembangkan program penjangkauan masyarakat yang berfokus pada kesehatan, pendidikan, dan kesiapsiagaan bencana.
Program Pendidikan Kesehatan dan Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak itu bertujuan sebagai langkah awal pencegahan stunting di Desa Mancasan. Kegiatan itu juga bagian dari upaya pencegahan stunting meluas, yang dilakukan UMS di Sukoharjo.
Melalui pendidikan kesehatan masyarakat, Tim UMS memberikan edukasi tentang pentingnya tumbuh kembang anak usia dini. Skrining ini memungkinkan adanya intervensi untuk mendukung anak-anak yang berisiko mengalami stunting.
“Stunting, atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak, dapat berdampak seumur hidup. Menurut SSGI, 20% balita di Kabupaten Sukoharjo menderita stunting pada 2021. Stunting dikaitkan dengan kemampuan kognitif, kesehatan, dan dampak ekonomi yang lebih buruk,” terang Farid Rahman koordinator, Tim DRTPM UMS 2023, Senin (30/10).
Dia menerangkan, timnya melaksanakan program tersebut melalui kolaborasi dengan pemangku Desa Mancasan. Sebanyak 38 keluarga dengan anak usia 0 hingga 5 tahun berpartisipasi dalam sesi pendidikan kesehatan. Anak-anak tersebut kemudian menerima pemeriksaan dan pemantauan pertumbuhan.
Tim DRTPM UMS 2023 melakukan penyuluhan kesehatan kepada 38 warga Desa Mancasan. Tim memberikan materi mengenai parenting, gizi balita dan ibu hamil, serta pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak balita. Usai penyuluhan, tim juga melakukan skrining tumbuh kembang terhadap 38 balita di Desa Mancasan.
Melalui hasil skrining tersebut, ditemukan 24% balita berisiko stunting. Tim kemudian memberikan konseling kepada orang tua balita berisiko stunting dan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan.
“Pendidikan kesehatan dan skrining tumbuh kembang balita sangat penting sebagai upaya pencegahan dini terhadap kasus stunting,” ujar Farid.
Dia berharap, UMS dapat terus bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah untuk membangun masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak.
(Sumber : Maysali/Humas_UMS)