Previous slide
Next slide

Pengajian dan Doa Bersama LLDIKTI Wilayah VI

doa 6

Keluarga besar Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VI kembali mengadakan pengajian dan doa bersama untuk mendoakan negara yang tengah menghadami pandemi Covid-19 yang semakin meluas. Pengajian dan doa yang diadakan Kamis malam (15/7) dipimpin Prof. Dr. H. Mudzakkir Ali MA, adalah kali ke dua setelah seminggu sebelumnya juga diadakan pengajian dan doa bersama.

Sekretaris Lembaga LLDIKTI Wilayah VI, Dr. Lukman ST, M.Hum dalam pengantarnya menyampaikan bahwa doa bersama dilaksanakan tiap hari Kamis malam. “Melalui pengajian dan doa bersama ini selain memperkuat iman, juga imun diperkuat. Ada beberapa yang masih positif dan juga keluarganya, semoga diberikan keselamatan, dan dijauhkan dari marabahaya sehingga dapat bekerja normal kembali,” harapnya.

Prof. Dr. Muhammad Zainuri DEA, Kepala LLDIKTI Wilayah VI mengajak seluruh keluarga besar LLDIKTI Wilayah VI memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan sampai saat ini. “Prof mudzakir, kami selalu berusaha menegakkan semangat, bersyukur, mengerti makna tawakal seperti sabar dan syukur,” ujar Prof Zain.

“Saya berterimakasih, selain mengingatkan mohon diberikan pencerahan bagaimana menerima musibah menjadi berkah. Mudah-mudahan dengan pendekatan yang dilakukan selama ini dapat memberikan kebaikan sebagai sebuah keluarga besar,” lanjutnya.

Prof Mudzakkir Ali dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) yang memberikan tausyiah mengajak seluruh Jama’ah untuk tetap bersyukur. “Marilah bersyukur atas rahmat dan nikmatnya, utamanya nikmat Kesehatan. Hadist Nabi mengatakan bahwa orang-orang yang tidak bisa bersyukur, keluarlah dari bumi ini, mencari tuhan yang lain. Disinilah kita belajar sebagai hamba maka bagaimana kita menghambakan diri kepada Allah SWT,” ujar Prof Mudzakhir membuka tausyiahnya.

Selanjutnya Prof Mudzakkir Ali mengatakan bahwa meskipun kita menghadapi wabah, tapi bagaimana kita tetap harus sabar atas ujian melalui wabah ini. “Dalam sejarah, wabah terjadi pada zaman Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam, tahun 6 hijriah, wabah Tha’un yang korbannya ribuan meninggal dunia. Kemudian ada wabah Tha’un Fatayat, wabah ini yang terkena adalah para gadis. Jadi dari lintasan sejarah wabah bukan hal yang baru,” jelasnya.

“Virus corona yang berukuran sangat kecil sanggup menyibukkan seluruh dunia. Siapa saja dapat kena virus ini, tapi dengan wabah itu, orang yang beriman akan menerima bahwa wabah itu datang dari Allah SWT,” lanjutnya.

Prof Mudzakhir juga menyampaikan bahwa manusia terpecah menjadi dua, yang tetap tenang dan yang penuh ketakutan. “Wabah memberi isyarat bahwa manusia jangan meremehkan makhluk yang kecil, karena dengan seijin Allah, makhluk yang kecil bisa menghancurkan manusia yang penuh kesombongan. Tidak ada musibah terjadi kepada manusia tanpa seijin Allah. Dan yang kedua namanya musibah sudah ada catatannya, sudah ada kitabnya,” tegas Rektor Unwahas tersebut.

Diterangkan pula bahwa ajaran Islam demikian lengkap tentang wabah ini, dan Nabi Muhammad SAW mengatakan, jika ada wabah di suatu tempat jangan ke tempat itu dan apabila di tempatmu ada wabah jangan meninggalkan tempatmu. “Kita diajari untuk berikhtiar, yaitu dengan 5M itu,”.

Kemudian Prof Mudzakkir menyampaikan lima hal yang bisa dilakukan umat Islam dalam menghadapi musibah. Pertama, jangan mencela atau mengeluh tapi berkata yang baik, karena musibah menjadi satu sarana menghapus dosa-dosa manusia.

Kedua, tetap berpikiran positif saat menghadapi musibah, karena umat Islam harus berbaik sangka kepada Allah. Ketiga optimis, karena rahmat Allah SWT sangat luas dan sangat lebih banyak daripada musibah. Keempat segera mengambil tindakan responsif dan preventif, serta yang kelima adalah tetap bersama dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Tausyiah diakhiri dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh Prof Mudzakkir Ali.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram