ITS PKU Muhammadiyah Solo bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah menggelar dialog kebangsaaan dengan tajuk Kesiapsiagaan Komponen Bangsa Menghadapi Ancaman Nirmiliter dengan menghadirkan Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak; Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sofyan Anif; dan Rektor ITS PKU Muhammadiyah, Weni Hastuti via Zoom di ITS PKU Muhammadiyah Solo, Minggu (22/6) malam.
Weni menjelaskan pandemi Covid-19 belum teratasi atau cenderung semakin meluas dan memunculkan isu pandemi tersebut sengaja diciptakan demi keuntungan segelintir orang untuk menguasai bidang kesehatan. Indonesia yang belum mampu memproduksi vaksin menimbulkan ancaman ke tergantungan kepada negara yang dapat memproduksi vaksin.
“Covid-19 berdampak pada semua lini. Dampak pada bidang kesehatan sebanyak 20 persen dan sebanyak 80 persen berdampak pada bidang nonkesehatan. Banyak tenaga kerja yang di-PHK [pemutusan hubungan kerja]. Perkembangan berita hoaks sangat pesat di media sosial,” kata dia.
Menurut Weni, para pengambil keputusan dan seluruh komponen bangsa sudah melakukan upaya penanganan pandemi Covid-19. Salah satunya Muhammadiyah yang membentuk MCCC telah mengerahkan sekitar 60.000 sukarelawan dengan anggaran Rp130 miliar.
Dahnil menjelaskan tujuan bangsa tertuang pada pembukaan UUD 1945 untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut ada tiga ancaman, antara lain ancaman militer, nonmiliter, dan ancaman hibrida yang merupakan gabungan antara ancaman militer dan nonmiliter.
“Semua ancaman berpotensi, tetapi ancaman paling nyata merupakan ancaman hibrida dan jangan pikir sebagai orang sipil ancaman militer itu enggak ada perang. Buktinya Laut China semakin panas. Indonesia dihadapkan pada perang. Selalu bersiap berperang pada masa damai,” kata dia.
Menurut Dahnil, untuk mengantisipasi ancaman tersebut negara mempersiapkan infrastruktur militer dan harus memproduksi alutsista sendiri. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus memupuk solidaritas.
“Wabah virus corona merobohkan semua sendi kehidupan. Kondisi sekarang ekonomi sulit ada isu perpecahan yang menganggu ideologi. Ada dua pilihan dengan membangun solidaritas atau melakukan propoganda perpecahan. Untungnya Muhammadiyah punya pilihan strategi. Pilihan terbaik membangun solidaritas,” papar dia.
Sofyan menjelaskan semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) suatu negara maka semakin tumbuh ekonominya. Di satu sisi, kemajuan Iptek suatu negara tidak lepas dari ancaman sekularisme, materialisme, dan liberalisme.
“Muhammadiyah terus berupaya mengembangkan kontribusi dalam rangka membentuk negara maju melalui bidang pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial. Pendidikan Muhammadiyah punya ciri memadukan nilai kecerdasan IQ [Intelligence Quotients], EQ [Emotional Quotients], dan spiritual,” ungkap dia.