Jakarta – Masa Darurat Pandemi Covid-19 memaksa proses penyelenggaraan pendidikan agar dilakukan dengan pendekatan yang tepat, guna menahan laju pertumbuhan wabah. Dalam hal pendidikan tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) menggandeng provider telekomunikasi menyediakan akses gratis pembelajaran daring bagi mahasiswa. Hal ini disampaikan plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Nizam pada kegiatan “Bincang Pagi” dengan awak media secara daring pada Selasa (24/3).
Nizam menjelaskan bahwa saat ini telah terkumpul data platform pembelajaran daring dari berbagai perguruan tinggi. Untuk itu, beberapa provider seluler seperti Telkomsel dan XL telah bekerja sama dengan Ditjen Dikti untuk memberikan akses gratis melalui IP khusus perguruan tinggi.
“IP address platform learning management system sudah kita daftarkan ke provider supaya mahasiswa tidak dikenakan biaya saat mengakses platform pembelajaran daring yang disediakan kampus,” jelas Nizam.
Lebih lanjut Nizam menjelaskan bahwa mahasiswa juga bisa mengakses sistem pembelajaran daring atau learning management system yang disediakan kampus lain melalui jejaring Sistem Pembelajaran Daring (Spada). Hal ini guna mengantisipasi perguruan tinggi yang belum memiliki model pembelajaran daring.
Menurut Nizam, pembelajaran daring juga bisa dilakukan secara sharing dengan perguruan tinggi yang ada di daerah. Bisa dengan melakukan sendiri atau bergabung dengan yang sudah ada. “Misalnya kita memiliki Universitas Terbuka (UT) yang sudah terbiasa dengan melakukan pembelajaran daring, nanti perguruan tinggi lain juga dapat saling berkolaborasi dan sharing metode pembelajarannya,” jelasnya.
Selain metode pembelajaran daring, Nizam menjelaskan bahwa pembelajaran dari rumah juga dapat dilakukan dengan metode luring melalui pembelajaran kreatif sesuai semangat kebijakan kampus merdeka. Nizam mencontohkan mahasiswa dapat mengerjakan tugas mandiri atau pun proyek-proyek yang dapat menambah wawasan keilmuan. Tugas mandiri ini dapat dikaitkan dengan upaya penanggulangan pandemi Covid-19, misalnya mahasiswa prodi teknik kimia, belajar membuat hand sanitizer yang saat ini sangat dibutuhkan masyarakat.
“Atau misalnya mahasiswa lain juga turut serta dalam pembuatan APD untuk membantu para tenaga kesehatan. Banyak hal yang bisa dilakukan,” ungkapnya.
Alternatif lain, mahasiswa juga dapat berpartisipasi sebagai relawan tanggap darurat penanganan Covid-19. Partisipasi mahasiswa tersebut nantinya dapat dikonversi sebagai bentuk pembelajaran sehingga dapat disetarakan seperti KKN/SKS.
Nizam berharap melalui upaya-upaya kecil tersebut, secara akumulatif dapat menjadi gerakan masal untuk mengatasi pandemi. Hasil pembelajaran tersebut tidak hanya dapat disetarakan dengan sks dan menambah kompetensi mahasiswa namun juga dapat dijadikan solusi melawan pandemi Covid-19.
“Saat ini sudah ada kurang lebih 15.000 relawan mahasiswa, terutama bidang kesehatan, yang sudah siap hadapi pandemi Covid-19.Tidak hanya menambah kompetensi mahasiswa, namun sekaligus dapat menjadi karya nyata untuk masyarakat dan bangsa,” tambahnya.
Di akhir penjelasannya, Nizam mendorong kampus untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan bergotong royong dengan elemen-elemen lain di masayarakat dalam memerangi dan mencegah perluasan dampak pademi Covid-19. Hal ini telah dimulai dengan diberikannya imbauan kepada Pimpinan Perguruan Tinggi untuk dapat mengatur pembelajaran dari rumah dalam bentuk kegiatan yang positif, baik secara daring maupun luring.
Humas Ditjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud
Laman : http://dikti.kemdikbud.go.id/
Sumber : Siaran Pers Nomor 21/sipres/III/2020