Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Dindagkop dan UKM) Kabupaten Blora beberapa waktu yang lalu (27/2) telah mengadakan FGD (Focus Group Discussion) dalam rangka pengembangan Batik Blora dan pemasarannya. Peserta dari kegiatan ini adalah pengrajin Batik Blora, siswa dan guru SMK Jurusan Tata Busana, Bappeda, serta dinas-dinas terkait di Kabupaten Blora yang berjumlah sekitar 100 orang peserta.
Bertempat di Ruang Pertemuan Lantai 2 Dindagkop dan UKM Kabupaten Blora, event yang diadakan pada Jumat, 27 Februari 2020 ini mengundang keynote speaker Kesi Widjajanti yang merupakan Guru Besar Bidang Ekonomi dari Universitas Semarang (USM).
Turut hadir pula sebagai pembicara yaitu Paulus Wardoyo (Pakar Pemasaran), Febrian Wahyu Christanto (Pakar IT), Eviatiwi Kusumaningtyas (Pakar Keuangan), Dwi Kurniawati (DPMPTSP Kabupaten Blora), dan perwakilan dari Bank Jateng.
Event FGD pengembangan Batik Blora dibuka oleh Kepala Dindagkop dan UKM Kabupaten Blora, Sarmidi yang menekankan pentingnya pengembangan Batik Blora sehingga batik yang mengusung warna cerah dan bertemakan Pohon Jati, Kesenian Tayub, Barongan, Sate, dan Suku Samin ini akan semakin dikenal di masyarakat luas.
“Batik Blora memang baru berkembang sekitar tahun 2010, tetapi kita sebagai penggerak perkembangan batik baik itu pengrajin maupun siswa-siswa generasi muda harus tetap belajar bagaimana menambah kualitas dan juga sisi pemasaran yang milenial dengan internet agar Batik Blora semakin dikenal di masyarakat”, tutur Sarmidi dalam sambutannya.
“Untuk itulah FGD ini kami adakan dengan mengundang pakar-pakar yang ahli dalam pengembangan batik dan tidak hanya itu kami undang pula dari instansi perijinan (DPMPTSP Kabupaten Blora) serta Bank Jateng sebagai pemberi modal untuk mempermudah para pengrajin batik berkembang dan tentu saja meningkatkan pendapatan pengrajin. Batik Blora harus Go International”, tambahnya.
Keynote speaker, Kesi Widjajanti menyampaikan tentang diversifikasi Batik Blora yaitu batik tidak hanya sekedar kain dan pakaian jadi saja, tapi perlu bertransformasi ke berbagai hal seperti tas, udeg-udeg (penutup kepala), blazer, souvenir, sandal, dan sebagai macam bentuk produk dan desain agar menambah daya jual batik tersebut.
“Harapan 5-10 tahun ke depan paska FGD ini Batik Blora sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas baik dalam dan luar negeri sama seperti Batik Lasem, Batik Solo, Batik Pekalongan, serta batik-batik lain. Hal ini karena Batik Blora mempunyai kekhasan motif, warna, dan produk yang bervariasi sehingga tentu saja akan meningkatkan ekonomi pengrajin Batik Blora dan pendapatan daerah”, tutup Kesi Widjajanti di akhir event FGD Pengembangan Batik Blora.
Paulus Wardoyo dan Febrian Wahyu Christanto menyampaikan masalah strategi marketing serta pemasaran secara online melalui E-Commerce dan sosial media (Youtube, IG, FB, dll). Paparan manajemen keuangan disampaikan oleh Eviatiwi Kusumaningtyas, paparan mengenai perijinan disampaikan oleh Dwi Kurniawati, dan paparan mengenai program-program Kredit Usaha Rakyat (KUR) disampaikan oleh perwakilan Bank Jateng. Di sela-sela paparan materi dilakukan tanya jawab interaktif antara peserta dan pembicara.